Nilai tukar dolar AS dapat mengalami penurunan karena berbagai faktor ekonomi dan kebijakan moneter. Beberapa alasan utama meliputi:

1. Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve (The Fed): eputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga dapat memengaruhi nilai dolar. Misalnya, setelah kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin pada tahun 2024, dolar justru melemah karena pasar mengantisipasi perlambatan ekonomi dan peningkatan pengangguran akibat kebijakan tersebut.
2. Data Ekonomi AS: ata seperti pertumbuhan lapangan kerja dan produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dari ekspektasi dapat menekan nilai dolar. Pada Oktober 2024, meskipun terjadi peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,8%, sedikit di bawah ekspektasi 3%, yang berkontribusi pada pelemahan dolar.
3. Ekspektasi Pasar terhadap Kebijakan The Fed: ntisipasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed juga dapat menyebabkan pelemahan dolar. Pada Desember 2024, pasar menantikan sinyal dari The Fed terkait potensi pemotongan suku bunga, yang memengaruhi nilai tukar dolar terhadap mata uang lainnya.
4. Kebijakan Moneter Bank Sentral Lainnya: indakan dari bank sentral lain, seperti Bank Sentral Eropa (ECB), dapat memengaruhi nilai dolar. Misalnya, keputusan ECB untuk menyesuaikan kebijakan moneternya dapat menyebabkan pergeseran nilai tukar antara euro dan dolar. Termasuk juga dapat membuat dolar melemah ataupun sebaliknya.
5. Perkembangan Ekonomi Global: eristiwa global, seperti ketegangan perdagangan atau perubahan dalam kebijakan ekonomi negara lain, dapat memengaruhi permintaan terhadap dolar dan menyebabkan fluktuasi nilainya.

Perlu dicatat bahwa nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, dan analisis menyeluruh diperlukan untuk memahami pergerakan spesifik dalam nilai dolar. Baik itu dolar anjlok atau dolar menguat.